MELBOURNE - Gemuruhnya karya pelukis remaja di Festival of youth the art. Itu terlihat dari karya remaja terpajang berbaris, disorot lampu meneranginya pada ruang-ruang besar di museum seni di Melbourne. Museum itu sering disebut dengan NGV (National Gellery of Victoria), letaknya 180, St Kilda Road, berdiri sejak tahun 1861.
Sebuah museum seni terbesar-terpopuler di Australia yang banyak dikunjungi publik pelancong, ataupun pemerhati seni.
Baca juga:
Sulawesi | A Indonesian Travel Film
|
Terdapat lebih dari tiga ratus karya peserta
dinilai, terpampang disana. Gerakan seni baru pun muncul mendominasi karya yang disuguhkan 'Abstrak-ekspresionis' selain juga isme-isme lain terdapat pada genre Karya Lukisan selama ini.
Benar, Remaja atau disebut juga pemuda selalu tampak buat sejarah di zamannya.
Baca juga:
Indonesia Makes Us Feel ALIVE!
|
Di akhir acara, Aku pun hadir dalam sebuah forum, mengevaluasi dan pemberian hadiah dari penilaian atas karya yang diperlombakan.
layaknya sebuah festival.
Menurut penilaian dewan juri, Neil Duncan (festival Director), Thomas Grrechowiak (Germany), Leon Paroissien (Australia) menyebutkan pada piagam yang kuterima dengan lukisan sangat luar biasa.
Alhamdulillah, sebuah anugrah atas karyaku
lukisan cat minyak dengan ukuran satu setengah meter kali satu meter berjudul “Wanita dipinggir rel kereta api.”
Karya itu terilhami dari perjalanan isengku menyusuri pinggir rel kereta api tak jauh dari pasar Senen-Jakarta. Wanita muda itu duduk pada bentangan rel kereta api menggunakan handuk setelah mandi, rambut hitam basah sebatas bahu itu digerai-geraikannya pada panas matahari menjelang siang hari di depan rumah kumuh, orang menyebutnya begitu.
Rumah dari triplek bekas, seng bekas papan bekas dari material yang mereka temukan entah dari mana. Pintu kayu, tak lebih tinggi dari badan mereka diikat kawat agar tak lepas, menarik perhatianku, Aku berdiri diam, memandang dari seberang rel, kutangkap itu sebagai sebuah frame apa adanya.
Rasa estetis, dan prihatin atas masyarakat
kota Metropolitan Jakarta, republik yang telah merdeka sekian puluh tahun.
Seni untuk seni, itulah konsep karyaku memberi rasa, menggugah rasa dari rasaku, ditangkap
oleh penikmat seni, juga punya rasa.
Karya itu pulalah mengantarkanku mendapat penghargaan pada sebuah festival seni karya remaja di Melbourne.
Sebuah wawancarapun dilakukan pada beberapa media yang ada disana Salah satunya ABC TV Australia.
Melbourne
Eddy Syarif
Tukang Foto Keliling