POLITIK - Bayangkan ini, seorang anak muda, bahkan belum genap 25 tahun, melangkah masuk ke arena politik nasional yang penuh dengan orang-orang berjas rapi, pengalaman puluhan tahun, dan—mungkin—ego sebesar gedung parlemen itu sendiri. Itulah Hana Rawhiti Maipi-Clarke, anggota parlemen termuda Selandia Baru yang dengan santainya memecahkan stereotip generasi muda dan menginspirasi dunia.
Cerita Hana adalah tentang keberanian, harapan, dan sedikit keberuntungan—yang, jika dipikir-pikir, adalah kombinasi sempurna untuk mengubah dunia. Ia tidak hanya membawa energi segar khas generasi muda ke dalam parlemen, tetapi juga mewakili suara masyarakat Māori, komunitas adat yang sering kali dikesampingkan dalam politik modern.
Dari Mimpi ke Parlemen
Hana tidak pernah membayangkan dirinya akan duduk di kursi kekuasaan di usia semuda itu. Tetapi, dengan keyakinan penuh dan visi untuk membawa perubahan, ia memutuskan untuk mencalonkan diri. Dan boom—di usia 21 tahun, ia terpilih. Satu hal yang pasti, ia bukan hanya sekadar "gadis muda di tengah orang tua." Ia adalah suara perubahan.
Di parlemen, ia membawa perspektif baru—tentang perubahan iklim, digitalisasi, hak masyarakat adat, hingga isu-isu kesejahteraan sosial. Hana membuat kita bertanya-tanya, jika generasi muda punya gagasan yang begitu segar, mengapa kita masih terpaku pada pola pikir lama?
Baca juga:
Tony Rosyid: Berebut Warga NU
|
Māori di Garis Depan
Sebagai seorang Māori, Hana membawa cerita dan perjuangan komunitasnya ke panggung politik. Bagi masyarakat adat, ini adalah kemenangan besar. Representasi seperti Hana berarti dunia bisa melihat lebih dekat tantangan yang mereka hadapi, dari hak atas tanah, ketimpangan pendidikan, hingga pelestarian budaya.
Mungkin kita berpikir, "Oh, masyarakat adat? Apa relevansinya di zaman modern?" Tetapi Hana justru menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Ia berbicara dengan kepercayaan diri dan keaslian yang membuat siapa pun di ruangan itu berhenti untuk mendengarkan.
Kaum Muda, Mari Bangkit!
Yang paling menyenangkan dari cerita Hana adalah bagaimana ia menjadi simbol harapan bagi generasi muda. Di dunia yang penuh sinisme dan skeptisisme, ia membuktikan bahwa usia tidak membatasi keberanian untuk bermimpi dan bertindak.
Saat ini, banyak dari kita yang mungkin berpikir bahwa politik itu kotor, membosankan, atau tidak ada gunanya. Hana datang dengan cara pandang berbeda: politik adalah alat untuk memperjuangkan kebenaran, dan anak muda memiliki tempat di dalamnya.
Melalui media sosial dan wawancaranya, Hana menginspirasi ribuan orang muda untuk terlibat, berbicara, dan berbuat. Ia mengajarkan bahwa jika kita punya visi yang jelas, dunia akan mendengarkan.
Pelajaran untuk Indonesia
Sekarang, mari kita pindah ke Indonesia. Apa yang bisa kita pelajari dari Hana?
Pertama, lihatlah generasi muda kita. Mereka kreatif, kritis, dan penuh energi. Bukankah sudah waktunya memberikan mereka ruang lebih besar untuk terlibat dalam pengambilan keputusan? Kedua, Hana mengingatkan kita bahwa masyarakat adat bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga kunci untuk masa depan yang berkelanjutan.
Indonesia punya populasi muda yang besar dan komunitas adat yang beragam. Tapi, sering kali mereka tidak diberi panggung yang layak. Apa jadinya jika Indonesia memiliki "Hana-Hana" lokal yang berani berbicara di parlemen?
Hana, Inspirasi Tanpa Batas
Hana Rawhiti Maipi-Clarke adalah pengingat bahwa dunia berubah, dan kita harus berubah bersamanya. Ia adalah bukti bahwa keberanian, visi, dan kerja keras bisa membawa perubahan nyata, bahkan dalam sistem yang tampaknya kaku.
Jadi, jika Anda merasa terlalu muda, terlalu kecil, atau terlalu jauh dari pusat kekuasaan, ingatlah Hana. Dunia ini besar, tetapi ruang untuk perubahan selalu ada—terutama jika Anda memiliki nyali seperti dia. Siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, nama Anda akan menjadi inspirasi seperti Hana Rawhiti Maipi-Clarke.
Jakarta, 15 November 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi